BAGAIMANA ALLAH MENCINTAI HAMBANYA.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
Hadirin jamaah sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah SWT!
Tidak bosan bagi saya untuk selalu berwasiat, baik bagi diri saya maupun bagi
hadirin sekalian, agar kita selalu meningkatkan kwalitas iman dan taqwa kita,
karena iman dan taqwa adalah sebaik-baik bekal di dalam meraih kebahagian hidup
di dunia maupun akhirat.
Pada
kesempatan sholat Jumat kali ini, insya Allah saya akan menyampaikan sebuah
materi tentang cinta.
Sebagaimana kita tahu, sangat banyak buku-buku agama bertebaran, entah itu di
perpustakaan, toko-toko, atau rak-rak buku, mengajarkan kita bagaimana kiat dan
cara kita mencintai Allah. Semuanya berbicara tentang bagaimana cara kita
mencintai Allah, atau bagaimana seorang hamba berusaha untuk mencintai tuhannya
Yang Maha Tinggi? Jika ada seorang rakyat jelata yang menghormati rajanya yang
besar dan agung, itu merupakan hal yang biasa dan tidak aneh! Tapi coba kita
lihat, kalau ada orang yang derajatnya lebih tinggi mencintai orang yang
martabatnya lebih rendah, itu adalah hal yang langka!
Karenanya
pada kesempatan kali ini, saya ingin menyampaikan hal yang agak berbeda
barangkali, yaitu bagaimana Allah mencintai hambanya? Mungkin seseorang
bertanya atau merasa aneh, mungkinkah Allah SWT sebagai tuhan yang maha agung
dan tinggi mau mencintai kita yang hanya sebagai seorang makhluk?
Hadirin sekalian... ternyata Allah sangat mencintai manusia!
Lalu apa sih
istimewanya, kalau Allah mencintai kita? Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah r.a:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ إِذَا
أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ
فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ
الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ. (رواه البخاري)
Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba,
maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai
orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril
mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk
langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh
kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu
pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)
Masya Allah!
Lihatlah cinta Allah... bagaiamana Allah mengumumkan cintanya kepada sekalian
makhluknya?
Hadirin... marilah kita selami makna hadis ini... bagaimana Allah mencintai
seseorang? Pernahkah terbetik dalam hati kita, jika ada salah seorang yang
hadir di majelis mulia ini termasuk kepada orang-orang yang dicintai Allah?
Ketika Allah
SWT mencintai hambanya, Allah yang maha tinggi tidak hanya cukup mengatakan aku
cinta kepada orang ini! Tapi Allah umumkan kepada seluruh penjuru makhluk-Nya!
Apa kata Allah dalam hadis tadi?
"إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي
فِي السَّمَاءِ"
“Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia, lalu jibril pun
mengumumkannya kepada seluruh makhluk di langit!”
فَيَقُولُ (جبريل): إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ
أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ.
Maka Jibril pun mengumumkan kepada seluruh penduduk langit, para malaikat, para
nabi, para wali Allah dari kalangan jin dan manusia, “Sesungguhnya Allah telah
mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua! Kemudian orang
itu pun menjadi dicintai segenap makhluk Allah di muka bumi ini.”
Jika
seseorang telah dicintai oleh Allah, maka hidup ini terasa tenang, damai, dan
tentram penuh kasih sayang, perlindungan dan rahmat-Nya Ta’ala. Apa yang
diminta akan diberi, apa yang diinginkan akan terkabul. Segala kebutuhannya
akan dipenuhi, dan diakhirat mendapatkan ridho dan perlindungan-Nya dari siksa
api neraka. Enak ga’ jadi orang kaya gini? Pasti doong...
Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah SWT berfirman:
“من عاد لي وليا فقد آذنته بالحرب”
“Orang yang telah menjadi kekasih-Ku, maka aku akan selalu siap membantunya”
Siapakah Wali atau kekasih Allah itu?
"اَلاَ إنَّ أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون الذين آمنوا وكانوا
يتقون"
“Ketahuilah sesungguhnya para waliyullah tidak merasa takut dan sedih, mereka
adalah orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa”.
Lalu Allah melanjutkan firman-Nya dalam Hadis Qudsi tadi:
"وما تَقَرَّبَ إليَّ عبدي بشيئ أَحَبَّ إليَّ مما افترضتُهُ عليه ولا يزال
عبدي يتقرَّبُ اليَّ بالنوافلَ حَتَّي أحبَّه فإذا أحببتُهُ كنتُ سمعَه الذي يسمع
به وبصره الذي يُبْصِرُ به ويَدَهُ التي يَبطِش بها ورجلَه التي يَمشِي بها ولإن
سألنيْ لأُعطينَّه ولإنِ استعاذَ بيْ لأُعيذنَّه."
Allah SWT berfirman, “Tidak seorangpun hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan
sesuatu yang paling aku cintai, melainkan dengan apa yang telah aku wajibkan
kepadanya. Hambaku adalah orang yang selalu mengerjakan ibadah-ibadah nawafil
(amalan-amalan sunnah) sehingga aku mencintainya. Ketika aku telah
mencintainya, maka akulah yang akan menjadi telinga yang dia gunakan untuk
mendengar, mata yang dia gunakan untuk melihat, tangan yang dia gunakan untuk
memukul, kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku,
pasti aku berikan, dan jika dia butuh perlindungan-Ku, pasti aku lindungi.”
Melalui
Hadis Qudsi ini, kita bisa memahami bahwa seorang hamba yang sangat istimewa di
hadapan Allah SWT adalah seorang hamba yang mampu memadukan antara suatu
kewajiban (fara`idh) dengan amalan sunnah (nawafil) . Tidak ada artinya amalan sunnah,
atau ibadah-ibadah yang sifatnya sekunder di saat hal-hal yang lebih wajib
ditinggalkan. Kita mengerjakan sholat sunnah Dhuha atau shalat Qobliyah dan
Ba’diyah misalkan, tetapi harus juga dengan tidak meninggalkan kewajiban sholat
yang lima waktu yang fardhu. Kita menunaikan haji ke Baitullah untuk yang ke
sekian kalinya, tetapi juga harus dengan melihat apakah orang-orang miskin
disekeliling kita sudah tercukupi semua. Jangan sampai kita selalu melaksanakan
ibadah sunnah yang dianjurkan oleh baginda Rasulullah Saw, tetapi kita tidak
menjaga tali silaturrahmi yang wajib.
Di saat kita
bisa memadukan atau mengerjakan antara amalan-amalan yang wajib dan sunnah,
maka di saat itulah seorang manusia menjadi lebih istimewa di hadapan Allah
SWT. Namun yang perlu untuk selalu kita ingat adalah, bahwa ibadah itu bukan
hanya sebatas kepada Allah, terlebih kepada makhluk-Nya di dlam berbuat baik.
Dan mesti pula harus dilandasi dengan keimanan dan keikhlasan dalam
mengerjakannya. Tanpa keimanan dan keikhlasan, maka semua itu akan hampa, tiada
artinya.
Berkaitan
dengan betapa Allah SWT sangat mencintai kita manusia sebagai hambanya, ada
sebuah hadis yang sering kita dengar yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari
Abu Hurairah r.a :
"فَإِذَا مَضَى ثُلُثُ اللَّيْلِ أَوْ نِصْفُ اللَّيْلِ نَزَلَ إِلَى
السَّمَاءِ الدُّنْيَا جَلَّ وَعَزَّ فَقَالَ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ هَلْ
مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ هَلْ مِنْ تَائِبٍ فَأَتُوبَ عَلَيْهِ هَلْ
مِنْ دَاعٍ فَأُجِيبَه، وذلك في كُلِّ لَيْلَةٍ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ."
(رواه البخاري)
“Jika telah lewat tengah malam atau sepertiga malam yang akhir, Allah Yang Maha
Mulia dan Agung turun kelangit yang paling rendah (langit dunia), lalu berkata:
Adakah orang yang meminta kepada-Ku saat ini, pasti akan aku beri, adakah orang
yang memohon ampun, pasti aku ampuni, adakah orang yang bertaubat, pasti aku
berikan taubat-Ku, adakah orang yang memerlukan-Ku, pasti akan aku penuhi.” Dan
itu terjadi setiap malam hingga terbit fajar”. (HR. Bukhari).
Hadirin
sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT…
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita menyembah, tunduk dan patuh kepada
Allah SWT hanya atas dasar cinta kita kepada-Nya, bukan dilandasi oleh rasa
takut atas murka dan siksanya, walaupun hal itu juga tidak buruk. Karena Allah juga
sangat mencintai kita, bahkan dalam banyak ayat Alquran selalu diawali dengan
kasih sayany-Nya terlebih dahulu, seperti firmannya:
“فسوف يأتي اللهُ بقومٍ يحبهم ويحبونه”
“Maka Allah SWT akan mendatangkan suatu kaum yang Allah cintai dan merekapun
mencintai Allah”
Terakhir, Rasulullah SAW bersabda:
"سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا
عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ
وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا
تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا
فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ" (متفق عليه).
“Ada tujuh golongan yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari
tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya: Imam yang adil, pemuda yang
rajin beribadah, seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang
yang saling mencintai, bertemu dan berpisah hanya karena Allah, seorang
laki-laki yang diajak oleh seorang perempuan terhormat dan cantik, lalu ia
berkata aku takut kepada Allah, seorang yang menyembunyikan sedekahnya tidak
ingin dilihat orang, dan seorang yang mengingat Allah dalam keheningan hingga
menitikkan airmata.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua (ke-2)
اَ
لْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ
بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ
بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ
بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ
وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ
بِمَا تَعْمَلُوْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى
عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى
الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ،
وَأَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَأَصْلِحْ
ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ وَوَفِّقْهُمْ
لِلْعَمَلِ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ اْلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَ لاَ
تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ فِيْنَا وَلاَ يَرْحَمُنَا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.